Rabu, 13 Mei 2015

Atasan Tak Mendukung Gagasan Perbaikan

Mengajak kepada kebaikan itu nggak hanya dalam urusan 'agama' loh. Dalam segala aspek kehidupan juga berlaku. Termasuk di lingkungan kerja kita. Tapi, hal itu tidak selalu mudah untuk dilakukan. Ajakan pada kebaikan kadang disambut dengan sikap permusuhan.
 
Dalam training yang berkaitan dengan reformasi birokrasi pada lembaga negara kemarin, ada peserta yang mengatakan; "Semua ini bull-shit pak kalau atasannya sendiri tidak mau berubah."
 
Komentar yang pedas, tapi benar. Proses transformasi butuh komitmen atasan agar bisa berjalan sesuai harapan. Ini tidak hanya berlaku pada lembaga negara. Swasta pun sama.
 
Lalu, bagaimana jika kita ingin melakukan perbaikan namun tidak mendapatkan dukungan atasan? Kita, mesti mampu menunjukkan bahwa perubahan yang kita canangkan itu justru memberi banyak manfaat buat sang atasan.
 
Jika dengan gagasan itu boss yang lebih tinggi bakal memberi nilai positif pada atasan Anda, kemungkinan besar dia akan mendukungnya. Kecil kemungkinan dia menolaknya.
 
"Iyya sih, tapi itu berarti kita yang kerja keras dia yang dapat kreditnya dong!"
 
Pikiran cupet memang begitu. Tapi, pikiran terbuka beda. Jika Anda bisa menyokong karir atasan, maka Anda sulit tergantikan. Anda bakal kebagian kue keberhasilannya kok.
 
Lagi pula, apa sih yang Anda cari dengan gagasan dan ajakan untuk melakukan perbaikan itu? Kepengen dapat nama? Jika begitu berarti Anda tidak beda dengan atasan yang Anda kritisi itu. Sami mawon kelakuannya.
 
Tidak salah jika pun memilih bersikap demikian. Namun itu terlalu beresiko. Tindakan Anda akan ditentukan oleh orang lain, bukan dikendalikan diri sendiri.
 
Tapi itu sih nggak seberapa dibanding kerugian lainnya. Tahukah Anda apa itu? Rugi karena dihadapan Tuhan, kerja keras Anda mungkin tidak bernilai apa-apa. Padahal, gaji Anda bakal habis. Sedangkan catatan kebaikan disisi Ilahi bersifat abadi.
(Dadang Kadarusman, www.dadangkadarusman.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar